7 Rahasia Kinerja Otak dalam Pembelajaran
Beberapa kebiasaan dipercaya dapat mempengaruhi kinerja otak dalam jangka panjang. Salah satunya adalah kebiasaan belajar dengan memahami kinerja otak.
Dalam webinar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Dr. Hermanto Tri Joewono, dr., SpOG(K) menjelaskan tentang Brain Friendly Learning atau pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman otak.
Brain Friendly Learning juga dapat dipahami sebagai kerja otak dalam hal pembelajaran dan pendidikan.
Dalam hal ini, Dr Hermanto menyampaikan setidaknya ada tujuh hal yang perlu dipahami pada kinerja otak.
7 Rahasia Kinerja Otak dalam Pembelajaran:
1. Kapasitas Otak Manusia Tidak Terbatas
Menurut Hermanto, otak manusia memiliki kapasitas memori yang tidak terbatas selama individu dapat memanfaatkannya dengan baik.
2. Setiap Otak adalah Unik
Setiap individu memiliki genetik dan pengalaman yang variatif sehingga setiap otak memiliki karakteristik yang tidak sama.
Hermanto menjelaskan bahwa kerja otak ini sama halnya dengan cara belajar dan menyerap ilmu tiap orang yang berbeda.
"Mestinya metode pengajaran pada setiap orang itu berbeda-beda. Saya mengusulkan adanya adaptif personalized curriculum. Jadi kurikulum itu tidak hanya satu metode untuk semua jenis mahasiswa," ujarnya dikutip dari laman resmi Unair.
3. Visualisasi
Hermanto menuturkan bahwa ada korelasi antara sensori dan motorik dalam tubuh yang saling berkaitan.
4. Burnout atau Kondisi Stres
Kondisi stres dan kelelahan, baik secara fisik maupun mental, bisa terjadi salah satunya akibat pekerjaan.
Menurut Hermanto, burnout turut mempengaruhi kinerja dalam bekerja yang menjadi tidak maksimal.
"Kalau terlalu lama bekerja akan menimbulkan dampak kurang baik. Termasuk dalam hal ketika mengambil keputusan, dan apabila keputusan tersebut dijalankan, akan turut membahayakan pasien," paparnya.
5. Mereproduksi Emosi Penting
Otak dapat mereproduksi emosi yang penting dalam hal pembelajaran. Adanya bagian otak yang disebut amigdala akan bekerja atau bertindak refleks ketika diri dalam keadaan terancam.
6. Pengaruh Negatif Feedback
Timbal balik atau feedback yang diterima terhadap diri tidak selalu positif. Namun, setiap dari feedback negatif akan dilupakan positif.
7. Active Participation
Partisipasi aktif ini digambarkan dalam hal belajar mengajar di kelas, yakni saat mahasiswa harus lebih aktif daripada dosen.
Mahasiswa yang harus lebih aktif menggali materi dan menginstruksikannya sendiri agar semakin paham.
"Peran dosen hanya membantu saja. Bukan yang mengisi gelas kosong atau memindahkan isi dari buku ke otak peserta atau mahasiswa," terang Hermanto.
Terakhir, Hermanto berpesan agar mahasiswa mengurangi kegiatan yang bertentangan dengan cara otak bekerja.
"Seperti satu metode belajar untuk semua mahasiswa, passive participatory, bullying, burnout, dan negative feedback," tuturnya.